Masalah adalah salah satu momok yang
sudah biasa menghampiri semua manusia, dari mulai masalah individu, lingkungan,
pekerjaan hingga masalah negara. Sejatinya memang sebuah masalah tidak bisa di
hilangkan ia adalah faktor yang sudah melekat kepada manusia sejak lahir,
bahkan walaupun sebagai manusia kita sudah meminimalisir terjadinya sebuah
masalah, masalah bisa tetap datang dari faktor luar seperti teman, lingkungan, maupun
pekerjaan.
Walaupun masalah tidak bisa kita hindari
namun “penyelesaian atas masalah” inilah yang harus kita miliki agar setiap
menghadapi masalah dapat membuat keputusan yang terbaik dengan solusi yang
maksimal. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah, salah satu cara terbaik untuk mengatasi masalah ada
dengan menggunakan teori u. Teori U ini merupakan temuan dari Prof Otto
Scharmer yang merupakan dosen senior di MIT SloanSchool of Management.
Teori U ini memberikan penyelesaian
masalah bukan dari permukaan namun menyelami sumber masalah sesungguhnya dari
akar sehingga penyebab masalah bisa diatasi dan mengurangi timbulkan kembali
masalah di kemudian hari. Saya pertama kali tau teori ini dari Andy F Noya
melalui bukunya yang berjudul “Kisah Hidupku. Banyak pelajaran yang bisa
didapat jika kita bisa mengaplikasikan teori u ini. Salah satu contoh kasusnya
yang sering di temui ada pada pekerjaan.
Di dalam pekerjaan sering terjadi
karyawan yang tidak bisa memberikan produktifitasnya secara maksimal. Umumnya
untuk mengatasi hal tersebut atasan akan melakukan pemecatan, sp3 sehingga
karyawan tersebut tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan. Namun setelah
karyawan tersebut di pecat dan diganti karyawan baru tidak lama karyawan
tersebut kembali mengalami penurunan produktifitas sehingga turn over
pergantian pekerja menjadi tinggi dan mengganggu target serta pencapaian
perusahaan.
Untuk cara menghadapi masalah
tersebut maka perlu menggunakan pendekatan teori u yakni menyelami sumber
terjadinya masalah tersebut. Apakah kekurangan
kesejahteraan, lingkungan kerja yang buruk, iklim kerja yang tidak kondusif
atau kerjasama tim yang tidak maksimal. Dari sumber inilah kemudian di atasi
sehingga dapat menekan timbulnya masalah yang sama di kemudian hari.
Contoh kedua dari teori u adalah contoh
yang juga saya dapat dari buku Andi F Noya, di dalam buku tersebut ada kisah
seorang pengusaha batik dari Lasem. Pengusaha tersebut awalnya memiliki sanggar
di kota dengan banyak karyawan pembatik dari desa, namun produksi sanggar batik
di kota ini sangat rendah karena banyak karyawan yang bolos atau tidak bekerja
sesuai jam yang ditentukan dengan berbagai alasan.
Jika menyelesaikan masalah di permukaan
tentu sang pengusaha akan memecat karyawan seperti itu dan mengganti dengan
karyawan baru, namun bukan itu yang dilakukan sang pengusaha. Secara diam-diam
ia mencari tahu asal desa para pekerja di sanggar batiknya. Saat ia datang ke
desa tersebut ternyata banyak karyawan yang mengerjakan pekerjaan dari rumah
untuk pesanan batik dari kota. Jauhnya jarak desa ke sanggar serta posisi
karyawan batik sebagai ibu rumah tangga atau gadis membuat mereka lebih suka
bekerja di rumah agar bisa mengurus anak dan keluarga.
Melihat hal ini sang pengusaha kemudian
mendirikan sanggar produksi batik di desa tersebut yang jauh dari kota, sanggar
batik di buat dengan sisi humanis di bawah pohon yang besar agar tetap bisa
menyatu dengan sisi keramahan desa. Akhirnya setelah mendirikan sanggar di desa
tersebut produktifitas menjadi meningkat 300% dan hasil produksi pun lebih
baik. Usut punya punya usut ternyata kedamaian jiwa karyawan, kedekatan
karyawan dengan keluarga dan ketenangan pikiran membuat hasil pekerjaan menjadi
maksimal.
Sang pengusaha akhirnya dapat memutus
masalah produktifitas yang menurun, jika ia menggunakan cara menyelesaikan masalah di permukaan dengan mengganti karyawan
kemungkinan masalah ini akan tetap
terjadi. Itulah salah
satu fungsi teori u yang akhirnya berguna untuk snag pengusaha.
berguna buat saya
ReplyDeletehttp://obatasamlambungkronis.xyz/